Selasa, 15 Juni 2010

MAKALAH PSIKOPEN TEORI BELAJAR

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.

Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .READ MORE

Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.

Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:

  1. adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

  2. adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

  3. adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;

  4. adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;

  5. adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;

  6. adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.

Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.

B.Rumusan Masalah

  1. Apakah pengertian teori belajar humanisme?

  2. Apakah pengertian teori belajar Behaviorime?

  3. Bagaimanakah penerapan kedua teori belajar tersebut?

  4. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar?

  5. Bagaimana implikasi teori-teori belajar tersebut?

C.Tujuan dan Manfaat penyusunan makalah

  1. Agar kitra memahamai tentang berbagai macam teori belajar

  2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori-teori belajar dala pendidikan

  3. Mendeskripsikan implikasi teori belajar

  4. Mengkaji implikasi teori belajar

Adapun penyusunan makalah ini bermanfaat secara:

a. Teoretis, untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam memahami implikasi pendidikan, pembelajaran, pengajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, dan perkembangan teori pembelajaran.

b. Praktis, bermanfaat bagi:

(1) para pendidik agar pendidik tidak salah persepsi tentang pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran, serta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori pembelajaran yang sesungguhnya,

(2) mahasiswa agar memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Teori Belajar

  1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

  1. Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

  1. Tokoh-Tokoh Teori Belajar

  1. Teori Behaviorisme

Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :

a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

b. Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.

3. Hukum akibat ( Efek )

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.

c. Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

    • Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.

    • Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.

    • Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

    • Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.

    • dalam pembelajaran digunakan shapping

  1. Teori Humanistik

a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

b. Abraham Maslow

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Kebutuhan fisiologis / dasar

  • Kebutuhan akan rasa aman dan tentram

  • Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

  • Kebutuhan untuk dihargai

  • Kebutuhan untuk aktualisasi diri

c. Carl Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.

Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

  • Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

  • Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

  • Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

  • Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

  • Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

  • Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

  • Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

  • Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

  • Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

  • Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

  • Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

  • Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

  • Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

  • Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

  1. Aplikasi Teori Belajar

Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.

  1. Teori Behaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :

a. Aplikasi Teori Pavlov

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

b. Aplikasi Teori Thorndike

  • Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.

  • Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.

  • Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.

c. Aplikasi Teori Skinner

Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

  1. Aplikasi Teori Humanistik

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

  1. Perbandingan Teori Behaviorisme dengan Teori Humanisme

Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik yaitu :

a. Teori behaviorisme

Teori :proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon.

Tujuan :adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.

Metode :dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman.

Kekurangan :

  • sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah.

  • Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa.

  • Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.

Penerapan :pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.

Guru :guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi

Murid :melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik.

Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan.

b. Teori humanistik

Teori :belajar untuk memenusiakan manusia.

Tujuan :menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.

Metode :mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.

Kekurangan :terlalu memberi kebebasan pada siswa.

Penerapan :materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.

Guru :memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Siswa :pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar sendiri

Evaluasi :diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masing-masing . Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

    1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,

    2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,

    3. Memandu guru untuk mengelola kelas,

    4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa

    5. yang telah dicapai,

    6. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,

    7. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat

    8. mencapai hasil prestasi yang maksimal.

Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

B.Saran

Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

  • Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

  • http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm

  • http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html

  • Rumahbelajar psikologi.com

  • Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .

  • Novina.wordpress.com

  • http://Alkohol7.wordpress.com

  • http://Ahmadsudrajat.wordpress.com

  • http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah

  • Blogs.unpad.ac.id/aderusliana

  • www.Fakultasluarkampus.net

  • http://Neozonk.blogspot.com

  • www.uny.ac.id/akademik/share file

  • silabus.upi.edu

  • trimanjuniarso.wordpress.com

Minggu, 23 Mei 2010

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM

I. PENDAHULUAN
Di penghujung abad ke-20, Motodologi Studi Islam (MSI) mulai mendapatkan perhatian yang serius. Departemen agama RI menjadikannya sebagai mata kuliah baru yang wajib diikuti seluruh mahasiswa IAIN pada semua fakultas dan jurusan sejak munculnya kurikulum IAIN 1997. sejak itu banyak mahasiswa dan bahkan para dosen yang merasa bahwa MSI adalah matakkuliah yang benar-benar baru. Sedemikian sehingga terkesan masyarakat muslim sejak berabad-abad yang lalu tidak atau belum mempunyai metodologi dalam memahami Islam. Sesunguhnya ini tidak lah benar, MSI merupakan pengembangan dari metodologi studi Islam klasik. Ini kurang lebih sama dengan pemakaian kata “baru” dalam frase “software baru” dalam dunia komputer. Baru di situ berarti bukan sebelmnya tidak ada software sama sekali, tetapi pengembangan dari software yang ada sebelumnya.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian metode, metodologi, paradigma, dan pendekatan?
B. Bagaimana Arti dan lingkup studi Islam?
C. Apa Urgensi mempelajari Metodologi studi Islam?
D.Apa Aspek-aspek Sasaran studi Islam?
E. Bagaimana Pertumbuhan studi Islam dulu dan sekarang?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian metode, metodologi, paradigma, dan pendekatan
1. Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara atau jalan.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
Menurut Ahmad Yunnus, metode adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang agar sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kumpulan ilmu pegnetahuan dan lainnya.
Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa metode mengandung adanya urutan kerja yang terancang, sistematis, dan merupakan hasil dari eksperimen ilmiah guna tujuan yang telah direncanakan.
2. Pengertian metodelogi
Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu metodos yang berati jalan, dan logos yang berarti ilmu. Metodologi adalah ilmu tentang cara untuk sampai pada tujuan. Manurut Asmuni Syukir, metodologi berarti ‘ilmu pegnetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang efektif dan efisien.
3. Pengertian paradigma
Paradigma adalah teori-teori, metode-metode, fakta-fakta, eksperimen-eksperimen, yang telah disepakati dan menjadi pegangan bagi aktivitas para ilmuan. Jadi, paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan didiplin tertentu.
4. Pengertian pendekatan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendekatan adalah 1). Proses perbuatan, cara mendekati 2). Usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. “Dalam bahasa Ingggris, pendekatan diistilahkan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.
Secara terminologi, Mulyanto Sumardi mengatakan bahwa, pendekatan bersifat axiomatik, ia terdiri dari serangkaian asumsi tentang bahasa dan pegnajaran bahasa serta belajar bahasa.
B. Arti dan lingkup studi Islam
Studi Islam atau di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain, “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.”
Studi Islam adalah pengetahuan yang durumuskan dari ajaran Islam yang dipraktekan dengan sejarah dan kehidupan manusia, sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran allah dan rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah, ibadah, membaca al-quran dan akhlak.
Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut. Untuk mendapatkan pengertian tentang agama, religi, dan din kita mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
H. Moenawar Cholil dalam bukunya “Definisi dan sendi agama” kata diein itu masdar dari kata kerja “daana” yad i enu”. Menurut Jughat kata “dien mempunyai arti :
1. Cara atau adat kebiasaan
2. Peraturan
3. Nasihat
4. Agama dan lain-lain
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Baik agama, religi, dan dien kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.
2. Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien mencakup masalah: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayan terhadap suatu yang lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari pada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :
1. Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus dan Maha Agung dan pencipta alam semesta (Tuhan).
2. Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.
3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
4. Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada agama.
5. Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya.

C. Urgensi mempelajari studi Islam
Dimasa sekarang ini dimana umat Islam sedang mengalami tentangan kehidupan duina dan budaya modern, studi keIslaman menjadi sangat urgen. Urgensi Islam tersebut dapat diuraikan dan di fahami sebagai berikut:
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini umat Islam masih berada dalam piosisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih untuk itu umat Islam harus melakukan gerakan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan tersebut.
Jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran Islam penafsiran ulama’-ulama Islam terdahulu yang merupakan warisan turun temurun yang dianggapnya sudah paling benar, maka mereka mengalami kemandekan intelektual, melalui pendekatan yang bersifat objektif rasional studi Islam mampu memberi alternatif dari kondisi tersebut.
Umat manusia dan peradabannya saat ini sedang berada dalam keadaan yang problematis, pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaba umat manusia yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dengan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia.
Dalam suasana semacam itu, umat manusia membutuhkan aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun agama telah ditinggalkan oleh perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetepai, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak mampu menjadi pedoman dan pegangan hidup. Dengan demikian, manusia modern pun sebenarnya dalam keadaan yang problematis.
Harold H. Titus dan ahli filsafat yang lainnya menjelaskan situasi problematis tersebut, bahwa “filsafat sekarang telah mencapai kekuatan yang besar, tetapi tanpa kebijaksanaan. “ saat ini manusia mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam semesta. Ternyata dengan adanya kemajuan-kemajuan yang sangat menakjuban tersebut membuat pemikiran resah dan gelisah. Pengetahuan menjadi terpisah dari nilai, kekuatan besar telah tercapai tanpa kebijaksanaan. Manusia telah mencapai kekuatan yang besar dalam bidang sain dan teknologi, tetapi hal itu digunakan untuk maksud destruktif.
Roger Garaudy mengemukakan bahwa “perkembangan filsafat dan peradaban modern saat ini telah mendorong manusia kepada hidup tanpa tujuan dan membawa kematian”. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan filsafat barat modern yang salam arah, yang berpegang pada:
1. Konsep yang keliru tentang alam, dianggap sebagai milik manusia, sehingga mereka berhak mengeksploitasinya sesuka mereka.
2. Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubungan mansuia yang didasarkan atas individualisme tanpa kembali dan hanya menghasilkan persaingan pasar.
3. Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan.
Disinilah urgensi studi Islam untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni serta bersifat manusaiwi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai rahmatan lil alamin. Dari situ kemudian dididikan dan ditransformasikan kepada generasi penerusnya dan diharapkan dengan peradaban dan budaya modern, agar mampu beradapan dan beradaptasi terhadapnya. Dengan demikian diharapkan bisa menawarkan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapai oleh umat manusia dalam dunia modern dan era globalisasi.
D. Aspek-aspek studi Islam
Pendidikan pada dasarnya mengandung arti dan peran yang sangat luas. Arti dan peranan tersebut searah dengan aspek pemgembangan menjadi sarana garapan para pendidik Islam mempunyai pengertian ynag sama bahwa pendidikan Islam mencakup aspek-aspek:
1. Pendidikan keagamaan
2. Pendidikan akidah dan ilmiah
3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
4. Pendiidkan jasmani dan kesehatan

a. Pengembangan kognitf, yaitu kemampuan intelektual yang terus dikembangkan melalui pendidikan Islam.
b. Kemampuan afektif, adalah kekhusssan mengembangkan akal melalui pengetahuan dan pemahaman terhadap kenyataan dan kebenaran, manusia harus mengalami proses pengembangan perasaan dan penghayatan agar menjadi lebih luas.
c. Pengembangan psikomotorik, adalah ilmu pengetahuan termanifestasi dalam akhlak dan amal shaleh.
Kebenaran manusia sebagai makhuk sosial merupakan bagian yang terpisahkan dari arti peranan pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan motor penggerak untuk pengembangan nilai-nilai soisal dan susila menusia. Hakikat pendidikan Islam merupakan pembimbing menuju peningkatan harkat dan martabat manusia sesuai dengan fitrah kejadiannya. Pendidikan Islam mencakup:
1. Tarbiyah ruh (pendidikan jiwa / mental spiritual)
2. Tarbiyah aqli (pendidikan akal pikiran / ilmu pengetahuan)
3. Tarbiyah jismi (pendidikan jasmani, termasuk kesehatan)
Modal pendidikan Islam adalah dalam lingkungan keluarga dan masjid sebagai pusat pendidikan serta pendidikan Islam dipraktikan memalui sistem pendidikan terpadu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan Islam mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan fisik, akal, agama, dan akhlak. Pendidikan Islam pada prinsipnya ada dua, yaitu materi pendidikan yang berkenaan dengan masalah hakikat.
E. Pertumbuhan studi Islam dulu dan sekarang
a. Pertumbuhan Studi Islam pada Masa Dahulu
Selama penggal sejarah timbulnya islam, peradaban dunia meliputi dua kerajaan: yaitu Sasanid Persia dan bizanti roma yang bersuku badui dan pengembala unta yang hidupnya dengan cara berkabila-kabila dan berdagang. Suku khurais yang hidup berdagang, yang mendominasi kota perdagangan Mekkah damana Muhammad juga memulai aktifitasnya dan di tempat itu pula islam pertama kali diproklamirkan. Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekkah dan Madinah (Hijaz), Bashrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). Madrasah Mekkah dipelopori oleh Mu’adz bin Jabal; madrasah Madinah dipelopori oleh Abu Bakar, Umar dan Ustman; madrasah Bashrah dipelopori oleh Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kuffah dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu Darda; sedangkan madrasah Fistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin Amr bin Ash’.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota Negara, yaitu Bagdad. Di Istana Dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun al-Rasyid, didirikan Bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda; sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman III (929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Bagdad, juga didirikan Madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh Perdana Menteri Nizham al-Muluk; dan di Kairo, Mesir, didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiah dari kalangan Syiah. Dengan demikian, pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan pusat studi Islam pada zaman kejayaan Islam adalah Bagdad, Mesir dan Spanyol.
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM

I. PENDAHULUAN
Di penghujung abad ke-20, Motodologi Studi Islam (MSI) mulai mendapatkan perhatian yang serius. Departemen agama RI menjadikannya sebagai mata kuliah baru yang wajib diikuti seluruh mahasiswa IAIN pada semua fakultas dan jurusan sejak munculnya kurikulum IAIN 1997. sejak itu banyak mahasiswa dan bahkan para dosen yang merasa bahwa MSI adalah matakkuliah yang benar-benar baru. Sedemikian sehingga terkesan masyarakat muslim sejak berabad-abad yang lalu tidak atau belum mempunyai metodologi dalam memahami Islam. Sesunguhnya ini tidak lah benar, MSI merupakan pengembangan dari metodologi studi Islam klasik. Ini kurang lebih sama dengan pemakaian kata “baru” dalam frase “software baru” dalam dunia komputer. Baru di situ berarti bukan sebelmnya tidak ada software sama sekali, tetapi pengembangan dari software yang ada sebelumnya.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian metode, metodologi, paradigma, dan pendekatan?
B. Bagaimana Arti dan lingkup studi Islam?
C. Apa Urgensi mempelajari Metodologi studi Islam?
D.Apa Aspek-aspek Sasaran studi Islam?
E. Bagaimana Pertumbuhan studi Islam dulu dan sekarang?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian metode, metodologi, paradigma, dan pendekatan
1. Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara atau jalan.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
Menurut Ahmad Yunnus, metode adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang agar sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kumpulan ilmu pegnetahuan dan lainnya.
Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa metode mengandung adanya urutan kerja yang terancang, sistematis, dan merupakan hasil dari eksperimen ilmiah guna tujuan yang telah direncanakan.
2. Pengertian metodelogi
Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu metodos yang berati jalan, dan logos yang berarti ilmu. Metodologi adalah ilmu tentang cara untuk sampai pada tujuan. Manurut Asmuni Syukir, metodologi berarti ‘ilmu pegnetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang efektif dan efisien.
3. Pengertian paradigma
Paradigma adalah teori-teori, metode-metode, fakta-fakta, eksperimen-eksperimen, yang telah disepakati dan menjadi pegangan bagi aktivitas para ilmuan. Jadi, paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan didiplin tertentu.
4. Pengertian pendekatan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendekatan adalah 1). Proses perbuatan, cara mendekati 2). Usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. “Dalam bahasa Ingggris, pendekatan diistilahkan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.
Secara terminologi, Mulyanto Sumardi mengatakan bahwa, pendekatan bersifat axiomatik, ia terdiri dari serangkaian asumsi tentang bahasa dan pegnajaran bahasa serta belajar bahasa.
B. Arti dan lingkup studi Islam
Studi Islam atau di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain, “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.”
Studi Islam adalah pengetahuan yang durumuskan dari ajaran Islam yang dipraktekan dengan sejarah dan kehidupan manusia, sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran allah dan rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah, ibadah, membaca al-quran dan akhlak.
Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut. Untuk mendapatkan pengertian tentang agama, religi, dan din kita mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
H. Moenawar Cholil dalam bukunya “Definisi dan sendi agama” kata diein itu masdar dari kata kerja “daana” yad i enu”. Menurut Jughat kata “dien mempunyai arti :
1. Cara atau adat kebiasaan
2. Peraturan
3. Nasihat
4. Agama dan lain-lain
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Baik agama, religi, dan dien kesemuanya mempunyai pengertian yang sama.
2. Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan dien mencakup masalah: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayan terhadap suatu yang lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari pada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya karena manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :
1. Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus dan Maha Agung dan pencipta alam semesta (Tuhan).
2. Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.
3. Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
4. Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada agama.
5. Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya.

C. Urgensi mempelajari studi Islam
Dimasa sekarang ini dimana umat Islam sedang mengalami tentangan kehidupan duina dan budaya modern, studi keIslaman menjadi sangat urgen. Urgensi Islam tersebut dapat diuraikan dan di fahami sebagai berikut:
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini umat Islam masih berada dalam piosisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih untuk itu umat Islam harus melakukan gerakan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan tersebut.
Jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran Islam penafsiran ulama’-ulama Islam terdahulu yang merupakan warisan turun temurun yang dianggapnya sudah paling benar, maka mereka mengalami kemandekan intelektual, melalui pendekatan yang bersifat objektif rasional studi Islam mampu memberi alternatif dari kondisi tersebut.
Umat manusia dan peradabannya saat ini sedang berada dalam keadaan yang problematis, pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaba umat manusia yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dengan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia.
Dalam suasana semacam itu, umat manusia membutuhkan aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun agama telah ditinggalkan oleh perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetepai, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak mampu menjadi pedoman dan pegangan hidup. Dengan demikian, manusia modern pun sebenarnya dalam keadaan yang problematis.
Harold H. Titus dan ahli filsafat yang lainnya menjelaskan situasi problematis tersebut, bahwa “filsafat sekarang telah mencapai kekuatan yang besar, tetapi tanpa kebijaksanaan. “ saat ini manusia mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam semesta. Ternyata dengan adanya kemajuan-kemajuan yang sangat menakjuban tersebut membuat pemikiran resah dan gelisah. Pengetahuan menjadi terpisah dari nilai, kekuatan besar telah tercapai tanpa kebijaksanaan. Manusia telah mencapai kekuatan yang besar dalam bidang sain dan teknologi, tetapi hal itu digunakan untuk maksud destruktif.
Roger Garaudy mengemukakan bahwa “perkembangan filsafat dan peradaban modern saat ini telah mendorong manusia kepada hidup tanpa tujuan dan membawa kematian”. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan filsafat barat modern yang salam arah, yang berpegang pada:
1. Konsep yang keliru tentang alam, dianggap sebagai milik manusia, sehingga mereka berhak mengeksploitasinya sesuka mereka.
2. Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubungan mansuia yang didasarkan atas individualisme tanpa kembali dan hanya menghasilkan persaingan pasar.
3. Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan.
Disinilah urgensi studi Islam untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni serta bersifat manusaiwi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai rahmatan lil alamin. Dari situ kemudian dididikan dan ditransformasikan kepada generasi penerusnya dan diharapkan dengan peradaban dan budaya modern, agar mampu beradapan dan beradaptasi terhadapnya. Dengan demikian diharapkan bisa menawarkan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapai oleh umat manusia dalam dunia modern dan era globalisasi.
D. Aspek-aspek studi Islam
Pendidikan pada dasarnya mengandung arti dan peran yang sangat luas. Arti dan peranan tersebut searah dengan aspek pemgembangan menjadi sarana garapan para pendidik Islam mempunyai pengertian ynag sama bahwa pendidikan Islam mencakup aspek-aspek:
1. Pendidikan keagamaan
2. Pendidikan akidah dan ilmiah
3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
4. Pendiidkan jasmani dan kesehatan

a. Pengembangan kognitf, yaitu kemampuan intelektual yang terus dikembangkan melalui pendidikan Islam.
b. Kemampuan afektif, adalah kekhusssan mengembangkan akal melalui pengetahuan dan pemahaman terhadap kenyataan dan kebenaran, manusia harus mengalami proses pengembangan perasaan dan penghayatan agar menjadi lebih luas.
c. Pengembangan psikomotorik, adalah ilmu pengetahuan termanifestasi dalam akhlak dan amal shaleh.
Kebenaran manusia sebagai makhuk sosial merupakan bagian yang terpisahkan dari arti peranan pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan motor penggerak untuk pengembangan nilai-nilai soisal dan susila menusia. Hakikat pendidikan Islam merupakan pembimbing menuju peningkatan harkat dan martabat manusia sesuai dengan fitrah kejadiannya. Pendidikan Islam mencakup:
1. Tarbiyah ruh (pendidikan jiwa / mental spiritual)
2. Tarbiyah aqli (pendidikan akal pikiran / ilmu pengetahuan)
3. Tarbiyah jismi (pendidikan jasmani, termasuk kesehatan)
Modal pendidikan Islam adalah dalam lingkungan keluarga dan masjid sebagai pusat pendidikan serta pendidikan Islam dipraktikan memalui sistem pendidikan terpadu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan Islam mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan fisik, akal, agama, dan akhlak. Pendidikan Islam pada prinsipnya ada dua, yaitu materi pendidikan yang berkenaan dengan masalah hakikat.
E. Pertumbuhan studi Islam dulu dan sekarang
a. Pertumbuhan Studi Islam pada Masa Dahulu
Selama penggal sejarah timbulnya islam, peradaban dunia meliputi dua kerajaan: yaitu Sasanid Persia dan bizanti roma yang bersuku badui dan pengembala unta yang hidupnya dengan cara berkabila-kabila dan berdagang. Suku khurais yang hidup berdagang, yang mendominasi kota perdagangan Mekkah damana Muhammad juga memulai aktifitasnya dan di tempat itu pula islam pertama kali diproklamirkan. Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekkah dan Madinah (Hijaz), Bashrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). Madrasah Mekkah dipelopori oleh Mu’adz bin Jabal; madrasah Madinah dipelopori oleh Abu Bakar, Umar dan Ustman; madrasah Bashrah dipelopori oleh Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kuffah dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu Darda; sedangkan madrasah Fistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin Amr bin Ash’.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota Negara, yaitu Bagdad. Di Istana Dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun al-Rasyid, didirikan Bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda; sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman III (929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Bagdad, juga didirikan Madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh Perdana Menteri Nizham al-Muluk; dan di Kairo, Mesir, didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiah dari kalangan Syiah. Dengan demikian, pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan pusat studi Islam pada zaman kejayaan Islam adalah Bagdad, Mesir dan Spanyol.